[FF//SEOKYU] I’m Not Interested About Love CHAPTER -6

I’m Not Interested About Love
Main Cast: Seo Joohyun, Cho Kyuhyun,
Other Cast : Choi Minho, Im Yoona, Jung Yonghwa, Park Shinhye, Tiffany Hwang
Title : 너무 아파요 (It’s So Hurts)
Author : tynamusshee

…-Happy Reading-…

“Mashita?” Tanya Yonghwa dengan senyuman diwajah tampannya. “Eo? Kau jorok sekali, ice cream nya mengenai pipimu.” Dengan agak kasar ia mengusap pipi chubby Seohyun dengan ibu jarinya. Seohyun begitu terpana dengan sikap manis Yonghwa hari ini, sisi lain dari tingkah humoris Yonghwa adalah pria yang sangat romantis ternyata. Beruntungnya gadis yang telah mendapatkan Yonghwa seutuhnya, kalau gadis itu Seohyun pasti pipi chubbynya akan bertambah besar karena sering di cubiti atau karena terlalu sering tersenyum.
“Gomawo.”
“Ya berapa usiamu? Aku hanya satu tahun dibawah Kyuhyun hyung, tsk ternyata gadis manis sepertimu benar-benar tidak tahu sopan santun.” Senyuman Seohyun langsung pudar, ia dibilang gadis tidak tahu sopan santun?! Heol!! Tapi pria ini benar, memang seharusnya Seohyun memanggilnya Oppa dan tidak menggunakan kata-kata kasar kalau bicara padanya. Apalagi ia setipe dengan Heechul, yang sangat menjunjung tinggi kesopanan.
“Choisonghaeyo Oppa.” Ucap Seohyun dengan nada rendah, berusaha sesopan mungkin didepan pria gila hormat seperti Yonghwa. Sebenarnya dilubuk hati terdalamnya, ia sedang menggerutu, mengumpat, memaki bahkan menyumpahi orang dihadapannya ini.
“Jalhanda. Panggil aku Yonghwa Oppa, Yonghwa Oppa yang tampan sepertinya terdengar lebih bagus. Kau pilih saja salah satu.” Nyaris saja sendok kecil ditangannya meluncur ketenggorokannya. Tapi ia akui kalau pria ini memang tampan, bahkan menurutnya Yonghwa jauh lebih tampan dari Kyuhyun.
“Kalau begitu panggil aku Beauty Seohyuni.” Ucap Seohyun menunjukan aegyonya dengan mata berbinar dan bibir yang mengerucut lucu.
“Oke call, panggil aku meotjin Oppa dan aku akan memanggilmu Yeppeo Hyuni. Eotthe?” Seohyun agak merinding mendengar panggilan-panggilan menggelikan itu, tawanya begitu lepas sampai semua pipinya menutupi mata bulatnya. Yonghwa menelan salivanya susah payah, pertama kali melihat gadis ini begitu manis saat tertawa lepas. Ia harus ingat, kalau ia sudah memiliki kekasih.
“Ah Seohyun-ah, kenapa kau menyukai Heechul hyung?”
“Molla, saat pertama melihatnya di atas stage langsung membuatku berdebar. Perasaanku semakin bertambah setiap melihat tingkah konyolnya dan sifat aslinya yang sangat penyayang. Aku sangat menyukai pria yang humoris seperti dia, dia tipe idealku.”
“Apa kau menyukainya pertama kali karena ia pria yang tampan? Ah agak aneh aku menyebutnya begitu, padahal aku juga tampan. Ah aku benar-benar frustasi!”
“Anniyo, aku saja baru menyadari ternyata ia pria yang sangat tampan. Apa kau tidak ingat bagaimana penampilannya saat debut? Rambut panjang dan dikuncir seperti seorang wanita. Saat itu aku menatap kematanya, ah mata itu sangat berkarisma. Aku menyukainya.”
“Kalau begitu apa kau menyukaiku? Aku pria yang humoris, tampan, berkarisma dan aku juga sangat penyayang. Aku masuk katagori tipe idealmu kan?” Tawa yang terdengar aneh untuk menanggapi ucapan Yonghwa, Seohyun kini sedang menutupi rasa gugupnya yang sudah diujung rambut. Bagaimana ia bisa menebak sejitu ini? Daebak!
“A.. Anniyo. Aku menyukai Heechul Oppa.” Yonghwa menatap Seohyun dengan tatapan menggoda, siapapun yang melihatnya akan langsung merinding dibuatnya.
“Eum? Kau tidak terpesona ketampananku?” dengan alis yang naik berkali-kali dan mengedipkan sebelah matanya, bukannya merasa geli atau jijik Seohyun justru semakin gugup dengan tingkah Yonghwa. “Wajahmu memerah? YA! Kau benar-benar menyukaiku? Aigoo, aku juga menyukaimu. Seimbangkan?” Ucap Yonghwa disertai senyum manis lalu menyendok ice cream dihadapannya. Ia tak menyadari gadis yang sedang bersamanya sudah tak mempunyai wajah seputih susu, seluruh wajahnya memerah seperti keluar dari sauna.
“N.. Ne? kau menyukaiku?” Ia terkejut bukan hanya karena pengakuan Yonghwa, tapi ia tahu kalau Yonghwa sudah memiliki kekasih. Apa mungkin Yonghwa sudah tak waras?
“Ne, wae? Kau begitu lucu, walaupun kau sangat kasar dan tidak tahu sopan santun. Tapi aku menyukainya.” Sahut Yonghwa polos, entah ia bercanda atau serius dengan kata-katanya. “Wajahmu merah sekali, sudah tidak usah berbunga-bunga seperti itu. Ini hal biasa antara seorang gadis dan pria.” Hal biasa? Itu menurut Yonghwa, tapi menurut Seohyun? Itu luar biasa.
“Oppa, kita harus segera pulang. A.. aku ada tugas.” Seohyun segera mengambil ranselnya yang ia letakan dibawah meja. Tak peduli ice creamnya masih banyak, ia ingin segera menjauh dari Yonghwa. Bersama Yonghwa terlalu lama, bisa membuat jantungnya bekerja lebih keras.
“Wae? Ice creamku belum habis.”
“Kalau begitu, aku duluan. Terima kasih untuk hari ini. Annyeong Oppa.”
“YA! Chamnkan! Aku belum punya kontak ponselmu.” Yonghwa langsung mengeluarkan ponsel layar lebar miliknya dan menyodorkannya kehadapan Seohyun, dengan cepat Seohyun mengetikan nomor ponselnya pada layar itu dan langsung pergi setelahnya.
“Gadis yang aneh.”

-SeoHyunim-

Seorang pria tampan dan penuh karisma dengan mata bulatnya yang seperti keroro, sedang membaca komik favoritnya di pojok kelas tepatnya di tempat duduknya. Sesekali melihat kearah pintu kelas, sudah lama ia tak bertemu dengan sahabatnya yang tak pernah muncul dikelas lagi setelah kejadian itu. Tak sengaja mata bulatnya melihat kearah sahabatnya yang lain sedang berkumpul dengan gadis-gadis penggosip dikelas ini. Ah itu sudah biasa, justru bukan hal biasa kalau ia tidak melakukan itu. Entah apa yang bicarakan ia lebih memilih membaca komik ditangannya.
“Kau lihat pria yang bersama Seohyun kemarin? Apa benar itu kekasihnya? Mereka cocok sekali.” samar-samar pembicaraan para gadis penggosip sampai ke radar kodok yang yang masih sibuk dengan komiknya. Berpura-pura membaca padahal telinganya terpasang untuk menguping, apalagi itu menyangkut sahabatnya.
“Ah pria itu, bukan! Mereka hanya bertemu di fanmeeting tahun lalu. Lagipula pria itu sudah memiliki kekasih.” Sahut seorang gadis yang sangat Minho tahu suara siapa itu.
“Jinjja? Bagaimana kau tahu? Apa Seohyun menyukai pria itu? wah malang sekali nasibnya.”
“N.. Ne? Seohyun…”
“Eo? Seohyun-ah!!!! Kau masuk hari ini ternyata. Duduklah bersamaku.” Seohyun yang baru memasukan kaki kanannya sudah disambut teriakan Minho. Para penggosip itu langsung memusatkan matanya kearah Seohyun, begitupun Yoona. Seohyun melewati barisan penggosip itu dengan tatapan datar seperti tidak ada makhluk satupun dikelas ini kecuali Minho yang sudah tersenyum sumeringah sambil menepuk-nepuk kursi kosong disebelahnya. Gadis itu meletakan tasnya kepojok meja dan menyuruh Minho menyingkir dari tempatnya.
“Apa yang kau baca?” Seohyun melirik buku kecil ditangan Minho lalu mengeluarkan ponselnya untuk sekedar bercermin.
“Komik, kau mau membacanya? Ah aku sangat merindukanmu. Apa yang membuatmu masuk hari ini? apa karena fanmeeting kemarin?”
“Kau tahu darimana aku kesana? Apa penggosip itu membicarakannya? Tsk, belum puas juga rupanya.”
“Sudahlah, kau lebih baik diam. Anggap saja dikelas ini hanya ada kita berdua. Apa bumeonimmu sudah pulang?”
“Belum, mereka memberitahuku kalau mereka akan pulang beberapa minggu lagi. Ah mereka lebih mementingkan pekerjaan dibanding anaknya sendiri.” Sahut Seohyun malas, mengingat bumeo nya hanya mengirim sebuah pesan yang mengatakan kalau mereka akan lebih lama disana dan kemungkinan bulan depan baru kembali.
“Aku akan kerumahmu setiap hari. Kali ini aku akan membelikanmu makanan sungguhan, hanya untuk kita berdua.” Minho memberikan penekanan kata berdua agar gadis yang tengah menguping itu mendengarnya.
“Oke call, ada banyak yang ingin aku ceritakan padamu. Kalau begitu kau tinggal saja dirumahku, sepertinya pria buncit itu tidak akan datang.”
“Micheoseo? Shirheo! Aku hanya akan menginap akhir pekan saja. Kita itu beda jenis, kau entah jenis apa sedangkan aku..”
“Kodok! Ya aku tahu itu.”
Bel masuk sudah berbunyi beberapa jam yang lalu, seorang guru pria yang berutubuh besar sedang menuliskan beberapa rumus di depan kelas. Tinggal beberapa menit lagi sebelum bel istirahat makan siang berbunyi tapi tak ada tanda-tanda kalau guru itu akan menyelesaikan pelajaran yang membuat otak semua murid berasap.
“Aku bosan. Kapan penderitaanku berakhir.” Keluh Seohyun sambil menatap angka-angka yang sudah ia salin kedalam bukunya. Mata kodok disampingnya masih sibuk dengan angka-angka yang dituliskan Shim Seonsaengnim di papan tulis.
“Kalian kerjakan semua soal dihalaman 135 menggunakan rumus yang sudah aku jelaskan. Kalau begitu, sampai disini saja.” Shim Seonsaengnim sudah mengeloyor pergi sebelum siswa dikelas ini mengucapkan salam.
“Tsk, dia guru yang aneh. Apa katanya tadi? Menjelaskan? Ia hanya menuliskan rumus-rumus yang menghabiskan setengah buku ku lalu pergi. Michinom!” keluh Seohyun kesekian kalinya lalu memasukan buku tulisnya ke dalam tas.
“Kalau begitu kita kerjakan tugasnya dirumah mu saja hari ini.”
“Tapi ini untuk mingggu depan, akhir pekan saja.”
“Wae? Bukankah lebih bagus kalau kita selesai secepatnya.” Minho memang pria yang memiliki otak cukup diatas rata-rata, ia juga termasuk pria yang rajin. Hanya saja ia kadang malas mendengarkan celoteh guru saat mengajar atau malas berkonsentrasi kalau sedang dikelas. Menurutnya untuk pelajaran ia tidak perlu berkonsentrasi, ia hanya akan berkonsentrasi pada sepak bola dan film maupun drama picisan.
“Arraseo.. arraseo. Kaja! Cadangan makanan diperutku sudah habis.” Seohyun mendorong-dorong tubuh Minho, mereka menuju kantin hanya berdua padahal biasanya mereka selalu bertiga. Melihat kantin sekolah begitu ramai dan tersisa bangku kosong pas untuk berdua hanya di meja gadis penggosip juga terdapat sahabatnya disana, mau tidak mau mereka membawa nampan yang sudah ada ditangan mereka kearah meja panjang berisi gadis penggosip tersebut. Seohyun memilih duduk dipaling ujung dan Minho tepat bersebelahan dengan Yoona.
“Seo.. Seohyun.. Minho? Kalian disini?” seru Yoona agak terharu melihat dua sahabatnya duduk disebelahnya.
“Wae? Kau tidak suka? Tidak ada tempat lain disini. Jangan beranggapan kalau aku sudah memaafkanmu! Bermimpi saja untuk itu.” Sahut Seohyun tak peduli disertai anggukan dari Minho.
“YA! Kenapa kalian begitu marah pada Yoona? Apa salahnya berbagi informasi eoh?”

‘BRAKK!’

Seohyun membanting sumpit diatas meja disertai hentakan keras lalu menatap gadis-gadis itu tajam. Yoona hanya menunduk sambil menutup matanya, ia tahu apa yang akan Seohyun lakukan pada gadis-gadis itu terutama gadis yang baru saja mengatakan sesuatu pada Seohyun.
“Tsk. Untuk seorang penggosip seperti kalian berbagi informasi itu hal biasa. Kalian memang tidak peduli dengan rahasia orang lain yang kalian bongkar, apa kalian mau eoh rahasia kalian diketahui orang lain? Michinom!”
“Kenapa tidak? Kami malah saling membuka rahasia masing-masing, dan aku tahu rahasia terbarumu.” Mata Seohyun membulat sempurna, ia segera berdiri menghadap gadis tengik dihadapannya. tanpa peduli dengan orang-orang disekitarnya, ia menumpahkan semua kimchi, nasi dan mie ramyeon miliknya keatas kepala gadis itu dengan smirk diwajahnya. Belum puas melihat gadis itu tersiksa, ia kembali menumpahkan susu kotak miliknya dan Minho yang sudah terbuka ke atas kepalanya sampai susu itu mengenai seluruh wajahnya. Padahal Minho baru saja ingin meminumnya, sungguh Minho yang malang.
“Wah, kau sangat cantik seperti ini. Rambutmu ikal seperti mie, eo? Ini memang mie. Ah Aku dengar, susu bagus untuk kulit makanya dengan baik hati aku berikan ke wajahmu. Semoga wajahmu semakin cantik. Kaja Minho-ya, aku sudah tidak nafsu makan. Apa kalian lihat-lihat? Mau aku beri ramyeon gratis diatas kepala kalian?!” Seohyun menarik Minho dan segera meninggalkan kantin. Yoona melihat kedua sahabatnya sudah menghilang dari kantin lalu menatap miris orang yang sudah menjadi korban kemarahan Seohyun. Gadis itu mengusapkan kasar wajahnya yang berlumuran susu dan air dari ramyeon, pakaiannya juga berlumuran kimchi dan nasi yang jatuh dari kepalanya.
“Fany-ya, harusnya kau tidak mencari masalah dengan gadis itu.” Seseorang disebalah gadis bernama Tiffany itu membantu menyingkirkan makanan dari kepala dan pakaian Tiffany dengan tissue.
“Seohyun..” lirih Yoona.
“YA! Kenapa tidak mencegahnya? Bukankah katamu, ia tak akan bermain fisik padamu. Harusnya kau melindungiku bukan hanya diam saja.” Yoona tak menjawab, ia lebih memilih mengejar Seohyun dan Minho yang sudah pasti akan kekelas. Tak lupa ia membeli beberapa makan untuk kedua sahabatnya sebelum berlari kekelas, ia tahu Seohyun dan Minho baru makan sedikit saja apalagi Seohyun yang baru mengaduk ramyeonnya tadi dan Minho yang kehilangan susunya. Sampai di kelas, benar saja kedua sahabatnya itu sedang bersenda gurau di pojok kelas.
“Kalian pasti belum makan, aku belikan ini. Kalian makanlah.” Seru Yoona sambil meletakan beberapa makanan kecil dan susu kotak diatas meja kedua orang itu. Seohyun dan Minho saling menatap dengan smirk diwajah masing-masing.
“Kau makanlah sendiri, aku tidak mau makan. Aku sudah kenyang melihat sahabat barumu berlumuran makanan.”
“Mereka bukan sahabatku, kalian sahabatku.” lirih Yoona dengan mata mulai berkaca-kaca.
“Kau masih menganggap kami sahabat? Aku kira sudah tidak.” Sahut Seohyun yang terus disertai anggukan oleh Minho.
“Aku minta maaf Seohyun-ah, bukankah kau sudah tidak di introgasi siapapun. Kenapa masih marah padaku?” Seohyun terdiam, perkataan Yoona ada benar juga. Masalah yang membuatnya muak beberapa hari lalu, sekarang sudah berakhir. Tak ada alasan lagi ia marah pada sahabatnya yang sudah meneteskan air matanya.
“Molla, menurutmu? Bukankah kau lebih nyaman bergosip dengan gadis-gadis itu dibanding kami? Kalau bersama kami, tidak ada yang bisa kau ajak bergosip.”
“Aku minta maaf, haruskah aku berlutut dikakimu agar kau mau memaafkanku? Itukah yang kau mau?”
“Tsk, aku tidak sejahat itu. Sudah kau lebih baik pergi sana, kalau memang berniat minta maaf datang kerumahku hari ini.” Senyum Yoona mengembang walau mendapat tatapan acuh dari Seohyun.
“Kalau begitu kau berlutut di kakiku saja! kakiku menerima wajahmu dengan baik.”
“Micheoseo? Gomawo chingudeul. Saranghae.” Seru Yoona langsung memeluk kedua sahabatnya dengan senyum lebar.
“Singkirkan tanganmu!! Kembali sana ketempatmu, aku akan duduk bersama Minho sampai lulus.” Seohyun menolak tangan Yoona yang merangkul bahunya, ia masih malas menatapnya dan memilih menatap dinding yang terlihat lebih bersahabat dibanding Yoona. Gadis itu duduk ditempatnya, perasaanya sudah sangat lega karena sahabatnya sudah memaafkannya walau belum seutuhnya.
“Kau sudah memaafkannya?” Tanya Minho.
“Aku sudah lelah berkelahi dengan temanku sendiri, aku juga sangat malas melihat wajahnya yang terus memohon ampun dariku. Memangnya aku siapa sampai ia bersikap seperti itu?”
“Aku senang kita bertiga bisa berkumpul lagi.” Seohyun menjawabnya hanya dengan senyuman.

-SeoHyunim-

Sepasang manusia sedang duduk di atas karpet yang terletak di depan TV. Salah satu diantaranya sedang memindahkan rumus-rumus yang sempat ia coret-coret diatas kertas kosong, salah satu diantaranya sudah selesai dan sedang sibuk membaca komik.
“Kkeut!!” Seru seorang gadis yang tadi masih sibuk dengan angka-angka yang membuat kepalanya berat.
“Eo? Yasudah rapi kan buku-bukumu. Sebentar lagi makanan pesanan kita akan datang.” Ucap Minho tanpa memindahkan fokus matanya dari komik ditangannya.
“Arraseo Choi Seonsaengnim.” Baru akan memasukan buku-buku itu kedalam tas, suara Heechul terdengar diruangan ini. Dengan cepat Seohyun meraih ponselnya dan melihat nomor tak dikenal menghubunginya, dengan ragu Seohyun menggeser tombol hijau dilayarnya.
“Yeoboseyo”
“Seohyun-ah?”
“Eo? Yonghwa Oppa? Waeyo?”
“Anni, hanya ingin memberitahu kalau ini nomorku. Simpan! Arraseo? Ah kirimkan alamat rumahmu. Awas sampai tidak! Annyeong.”
Seohyun menatap ponselnya dengan tatapan aneh, lalu menaikan bahunya tak lupa mengetikan alamat rumahnya dan kembali fokus pada buku-bukunya yang harus segera di rapihkan sebelum makanan datang.
“Nugu?”
“Pria yang ku sukai.” Seohyun tersenyum malu-malu seperti gadis centil yang sedang jatuh cinta, walaupun memang benar.
“Aigoo, aku tak tahu dibalik sisi kasarmu adalah gadis yang menjijikan. Hentikan wajahmu seperti itu!!” Minho melempar bantal dekat tubuhnya kearah wajah Seohyun yang masih tersenyum aneh.
“YA! Ah Minho-ya, kemarin ia bilang kalau ia menyukaiku. Whoaaa rasanya aku terbang keatas langit saat ia mengatakan itu, tapi aku ingat perkataan Yoona kalau ia sudah memiliki kekasih. Jadi apa maksud perkataannya?”
“Jinjja? Heol daebak! Kalau begitu mungkin ia menyukaimu sebagai teman atau dia memang tak menyukai kekasihnya sekarang. Banyak pria yang menerima cinta seorang gadis karena kasihan, mungkin ia termasuk dalam katagori itu.”
“Karena kasihan? Tsk, dia sepertinya bukan pria seperti itu. Kemarin, aku terus bersamanya dan tingkahnya itu aish benar-benar membuatku frustasi. Ia sangat kasar! Tapi sangat romantis.. ia juga gila hormat!! Tapi begitu lucu.. Dia tidak tampan!! Tapi sangat berkarisma.. pria seperti itu tak akan mengasihani orang yang menyatakan cinta padanya, ia pasti menyayangi kekasihnya juga. Dengan kata lain, ia mengatakan itu hanya sebagai teman? Menyedihkan.” Raut wajah Seohyun berubah-ubah, saat menyebutkan keburukan Yonghwa ekspresinya sangat ketus tapi saat menyebutkan kebaikan Yonghwa berubah menjadi sangat manis dan lembut. Minho saja belum pernah melihat Seohyun bertingkah centil seperti sekarang ini.
“Kau sudah terlalu jauh menyukai pria itu, lebih baik kau sedikit melupakannya. Sadarlah ia sudah memiliki kekasih. Kalau kau terus menyukainya, hanya menyakiti hatimu saja.” Semua nasihat Minho ia terima dengan baik, cukup terlihat dari anggukannya beberapa kali. Seohyun sudah lama melupakan bagaimana rasanya menyukai seorang pria sejak ia mengenal Heechul, menurutnya menyukai Heechul sudah lebih dari cukup. Kalau ia menyukai pria lain, ia takut menyakiti Heechul karena membagi hatinya pada orang lain. Alasan yang tidak masuk akal memang, tapi itulah kenyataannya. Dan saat ia menyukai seorang pria, ia harus menerima kenyataan menyakitkan kalau pria itu tak mungkin membalas perasaannya. Walaupun ia baru bertemu dengannya dua kali dan yang pertama hanya bisa melihat tidak bersenda gurau, namun kenyataannya ia sudah sangat menyukai pria itu. Tak akan dengan mudah melupakan pria itu terutama sejak kejadian kemarin, hatinya semakin menerima kehadiran pria baru disana dan Heechul harus menerima kalau ia sedikit.. hanya sedikit berbagi hatinya untuk pria lain.
“Aku sangat menyukainya, sangat! Bahkan aku rela membagi setitik hatiku untuk Heechul Oppa padanya.” Lirih Seohyun dengan raut wajah sedihnya.
“MWO?! Setitik? Hanya setitik tapi separah ini? Heol~ memang seberapa banyak kau menyukai Heechul hyung?”
“Tidak terhitung, dia sudah seperti darah untukku yang tidak akan pernah habis bahkan sampai aku mati.”
“Aku bisa gila. YA! Berhenti menyukai pria seperti perempuan itu!! Kau harus membagi hatimu pada manusia sungguhan!”
“MWOYA?!! Maksudmu Heechuli Oppaku bukan manusia eoh?! Kalau ia bukan manusia, ia adalah malaikatku dan kau hanya kodok sawah!!!” Seohyun memukuli tubuh besar Minho dengan bantal yang tadi Minho lempar kearahnya, tak peduli Minho sudah meringis dan meminta ampun. Sampai akhirnya terdengar bunyi bel rumah, mungkin makanan yang mereka pesan sudah datang. Setelah ini Minho harus berterima kasih pada orang itu.
“Cepat buka pintunya!! Mungkin itu pesanan kita. PALLI!!” Minho lebih baik menurut dari pada sandal rumah berbentuk kucing dikaki Seohyun mendarat dengan tidak elit ditubuhnya atau wajah tampannya. Minho mengintip dari lubang pintu dan benar itu kurir yang mengantarkan makannya, ia menerima makanan tersebut lalu membayarnya tak lupa berterima kasih tentunya. Minho kembali ketempatnya semula, meletakan tiga kotak besar ayam diatas karpet berwarna merah.
“Kemana Yoona? Kenapa belum datang juga?” gerutu Seohyun yang sudah tak sabar ingin memasukan ayam-ayam itu kedalam perutnya.
“Kau hubungi saja dia.”
“Micheoseo? Yasudah kita makan saja miliknya. Aku sangat lapar.”
“YA! Andwae!!” Minho menyentil tangan nakal Seohyun yang gatal ingin mengambil paha ayamnya.
“Wae? Ini jatahku!!”
“Kau belum mencuci tanganmu! Jorok sekali.”
Dua orang itu sudah menghabiskan separuh dari isi kotak masing-masing, mereka sudah terlalu lelah menunggu temannya yang tak datang-datang dan ayam-ayam seksi itu terus menggoda mereka dan inilah yang terjadi. Suara bel rumah kembali berbunyi, paha ayam yang sedang mereka makan harus menyangkut dimulut masing-masing. Kedua saling menatap, sampai akhirnya Minho mengalah untuk membukakan pintunya.
“SEOHYUN-AH~~~~!!! Bogoshipeo!!!” Seru Yoona dengan beberapa kantung ditangannya, sepertinya ia membeli banyak barang untuk mereka bertiga.
“Jauhkan tangan kotormu dari badanku! Bakteri-bakteri dari luar bisa melompat ke ayamku!” Seohyun menyingkirkan tangan Yoona yang melingkar dibahunya.
“MINHO-YA~~ Bogoshipeo~!!!” Seru Yoona sama histerisnya sambil merangkul bahu Minho, ayam yang dipegang Minho harus melompat dari pegangannya karena Yoona memeluknya cukup keras.
“YA! Ayamku lompat!! Jeorika jeorika.”
“Aku merindukan kalian. Kalian tidak merindukanku?”
“Anni.” Kompak Minho dan Seohyun sambil melahap ayam selanjutnya.
“Ah Seohyun-ah, aku tadi bertemu pria itu. Sepertinya dia sedang mencari alamat seseorang disekitar sini.” Minho dan Seohyun saling menatap, mungkinkah? Terdengar lagi suara bel rumah Seohyun. Kali ini Seohyun yang akan memastikan siapa yang datang, mengintip dari lubang pintu terpampang penuh wajah pria yang sedang dibicarakan tadi. Dengan satu tarikan nafas, Seohyun membuka pintu rumahnya. Bukan bahagia melainkan bencana, pria itu tidak datang sendiri. Ada Seseorang yang mengapit lengan kanan pria itu, asma yang tak pernah ada tiba-tiba menyerang pernapasan Seohyun.
“Boleh kami masuk?” Tanya Yonghwa dengan senyum manis tak berdosa. Gadis pemilik rumah hanya mengangguk lalu mempersilahkan kedua orang itu menginjakan kaki dirumahnya. Dua pasang mata yang sedang melahap ayam langsung menoleh kearah tiga orang yang sedang berjalan beriringan, anni Seohyun berjalan dibelakang sepasang kekasih yang baru masuk kerumahnya.
“Eo? Apa pria itu gila? kenapa membawa kekasihnya kesini?” bisik Yoona tepat disamping telinga Minho. Sepasang kekasih itu mensejajarkan posisinya dengan dua sahabat Seohyun yang terduduk diatas karpet merah bermotif bunga mawar putih.
“Maaf kami sedang makan, kalau mau ambil saja.” Seru Yoona sambil menyodorkan ayam yang sudah digigit kehadapan Yonghwa.
“Tidak terima kasih.” Bukan Yonghwa yang menjawab melainkan gadis disebelahnya yang masih saja menempelkan tangan kecilnya dilengan Yonghwa.
“Aku buatkan minuman dulu, tunggulah. Kalian mau apa?” Tanya Seohyun malas.
“Apa saja.”
“Ah aku mau jus, jus apa saja. Ah jangan lupa, tambahkan gula!” seru gadis yang belum diketahui namanya. Yoona mulai menahan kekesalannya, begitupun Minho. Tak lama, Seohyun datang dengan dua gelas Jus Apel plus gula.
“Maaf lama, aku harus membuatnya.” Seohyun berubah tak bersemangat, pemandangan dihadapannya sudah merusak fungsi hatinya. Ia lebih memilih duduk menjauh, tepatnya disamping Minho.
“Gwaenchana, ah perkenalkan ini..”
“Kekasih Yonghwa, Park Shinhye Imnida.” Gadis bernama Shinhye itu mengulurkan tangannya pada Yoona dan Minho lalu pada Seohyun. Senyuman menyindir terlihat sekali saat mengulurkan tangannya pada Seohyun. Hancur seketika pertahanan Seohyun, tapi ia tidak boleh terlihat gadis lemah dihadapan sepasang manusia ini. Bisa hancur juga harga dirinya.
“Aku Yoona, ini sahabatku Minho dan itu sahabatku juga, Seohyun.”
“Ah~ kau yang bernama Seohyun? Tidak buruk.” Mood Seohyun sudah hancur, tak ada semangat untuk mencakar wajah gadis yang sudah menghinanya sejak tadi. Lain dengan Yoona yang baru berbaikan dengan kedua sahabatnya, matanya memanas dengan tangan yang mengepal kuat.
“Seohyun-ah gwaenchana? Apa kau sakit?” Tanya Yonghwa, tanpa mempedulikan gadis yang terus mengapit lengannya ia menempelkan telapak tangannya didahi Seohyun.
“OPPA~!” rengek Shinhye lalu menarik kembali lengan Yonghwa agar tidak dekat-dekat dengan Seohyun.
“WAE? Dia temanku!”
“Anniyo, aku baik-baik saja. hanya saja disekolah aku sedang bermasalah.” Sahut Seohyun berusaha seceria mungkin.
“Kau masih siswa SMA? Masih muda sekali.”
“Wae? Apa wajahku baby face? Kalian ada apa kesini?” Tanya Seohyun dengan ekspresi sebahagia mungkin.
“Ah itu. Karena aku terus membicarakanmu, ia sangat penasaran dan ingin bertemu denganmu secepat mungkin.” Kedua sahabat Seohyun reflek menatapnya khawatir, khawatir akan terjadi perang dunia kedua disini.
“Jinjja? Kau pasti sangat penasaran dengan wajah cantikku eoh?”
“Tsk, micheoseo? Kau bahkan terlihat lebih buruk daripada idolamu itu! Siapa namanya? Hee. Heechul.. Heenim? Pria itu.. harusnya dia mati saja saat wajib militer.” Yonghwa menggerakan lengan kanannya yang terapit Shinhye, kata-kata Shinhye sudah sangat keterlaluan. Sebenarnya Yonghwa juga kesal, karena ia juga mengidolakan Heechul. Kali ini Seohyun sudah tak bisa bertahan, ia melompati Minho yang berusaha menghalangi langkahnya. Yonghwa melihat kemarahan besar dimata Seohyun, dengan sigap ia pasang badan didepan tubuh kekasihnya.
“YA! SINI KAU GADIS TENGIK!!! KAU SAJA YANG MATI SANA!!! MAU AKU BUNUH SEKARANG?!” Seohyun berusaha menembus pertahanan Yonghwa dan dengan cerdik Seohyun menggigit lengan Yonghwa hingga Yonghwa sudah tidak bisa bertahan. Habislah kau? Itulah yang difikirkan dua sahabat Seohyun. Dengan sadis Seohyun menarik-narik rambut gadis itu lalu mengacaknya sampai benar-benar sudah tak berbentuk.
“Seohyun-ah.. Seohyun-ah maafkan kata-katanya, biar aku yang menghukumnya. Hentikan.. hentikan!!” Yonghwa melingkarkan tangannya diperut Seohyun, berusaha menarik Seohyun agar berhenti mengacak-acak wajah dan rambut kekasihnya.
“BERANI KAU MENGATAKAN HAL ITU LAGI!! AKU AKAN MENGUBURMU HIDUP-HIDUP!!!” Teriak Seohyun disertai sedikit tendangan sampai mengenai bahu gadis itu. Yonghwa berhasil menarik Seohyun dalam pelukannya, membenamkan kepalanya pada bahu Seohyun. Sakit.. rasanya sangat sakit.. bukan hanya karena hinaan gadis itu pada Heechul tapi karena sikap Yonghwa yang selalu manis dan kini pria itu sedang memeluknya dari belakang. Seohyun merasakan hembusan nafas Yonghwa di lehernya, nafas yang hangat.
“Maafkan dia, dia tidak biasanya begitu.” Lirih Yonghwa dibahu Seohyun. Bolehkah kali ini dia menangis? Ia lebih memilih Yonghwa ikut menghinanya daripada bersikap manis padanya padahal ada kekasihnya dihadapan mereka.
“Wah tenagamu kuat juga, apa kau ikut boxing?” Shinhye merapihkan rambutnya yang acak-acakan lalu menarik Yonghwa agar kembali duduk disebelahnya. Yoona dan Minhopun melakukan hal yang sama, membiarkan sahabatnya agak menjauh dari sepasang manusia tak waras dihadapan mereka.
“Seohyun kami itu lebih sadis dari pembunuh bayaran.” Seru Yoona, Minho yang terkenal cool didepan orang lain sedang berusaha mempertahankan imej itu walaupun kadar emosinya juga sudah diatas ubun-ubun.
“Maafkan kekasihku ini Yeppeo Hyunni, dia sebenarnya orang yang baik.” Seohyun sudah malas melihat wajah menjengkelkan disamping Yonghwa.
“Ye.. ye.. bilang padanya, berani menyebut nama Heechul Oppa aku tarik keluar pita suaranya.” Gadis itu menelan salivanya susah payah, ia tak pernah membayangkan gadis yang menyukai kekasihnya ini ternyata gadis yang sangat kejam.
Sepasang kekasih itu sedang menyantap makanan yang dipesan Seohyun kurang lebih 30 menit yang lalu, Shinhye terus memberi suapan-suapan pada Yonghwa atau menyentuh bibir Yonghwa untuk menghilangkan makanan yang menempel disana. Tulang ayam ditangan Minho hampir patah melihat adegan itu, ia merasakan sekali Seohyun menghela nafasnya berkali-kali dibelakang tubuhnya.
“Chagiya, ini sudah terlalu malam. Aku mau pulang.” Rengek Shinhye dengan aegyo yang merusak penglihatan tiga orang lain disini.
“Arraseo Chagiya. Seohyun-ah, kami permisi pulang. Terima kasih untuk semuanya hari ini, sekali lagi maafkan kami.” Yonghwa mencubit gemas pucuk hidung Shinhye. Mereka berlima sudah berdiri sejajar, kedua orang yang akan pergi membungkukan tubuhnya sebelum melangkah keluar rumah ditemani Seohyun dibelakang tubuh mereka. Setelah mereka sudah tak terlihat di rumah ini, Seohyun kembali ketengah sahabat-sahabatnya sambil menekuk kedua kakinya dan membenamkan kepalanya disana. Yoona dan Minho terus mengusap sayang punggung dan kepala Seohyun, mereka tahu benar perasaan sahabatnya saat ini.

TBC…

Tinggalkan komentar